Berbagai Teori Pembentukan Permukaan Bumi
NIM :
165040201111031
Kelas :
B
TUGAS TUTORIAL SURVEY TANAH DAN EVALUASI LAHAN
Berbagai Teori Pembentukan Permukaan Bumi
Berikut ini
adalah beberapa teori pembentukan permukaan bumi:
1) Teori Kontraksi
Gambar 1. Teori kontraksi
Teori ini dikemukakan kali pertama oleh Descrates (1596–1650)
menyatakan bahwa bumi semakin lama semakin susut dan mengerut disebabkan
terjadinya proses pendinginan sehingga di bagian permukaannya terbentuk relief berupa
gunung, lembah, dan dataran. Pendapat ini banyak dikritik, karena tidak mungkin
penurunan suhu (pembentuk pegunungan dan lembah) berlangsung sangat drastis.
Padahal kenyataannya, didalam bumi masih terdapat unsur pijar dan lapisan bumi
yang terus mengalami pergerakan.
2) Teori Dua Benua (Laurasia-Gondwana
theory)
Gambar 2. Teori Dua Benua
Teori
ini menyatakan bahwa pada awalnya bumi terdiri atas dua benua yang sangat
besar, yaitu Laurasia di sekitar kutub utara dan Gondwana di sekitar kutub
selatan bumi. Kedua benua tersebut kemudian bergerak perlahan ke arah equator
bumi, sehingga akhirnya terpecah-pecah menjadi benua benua yang lebih kecil.
Laurasia terpecah menjadi Asia, Eropa dan Amerika Utara, sedangkan Gondwana
terpecah menjadi Afrika, Australia dan Amerika Selatan. Teori Laurasia-Gondwana
kali pertama dikemukakan oleh Edward Zuess pada 1884.
3) Teori Pengapungan Benua (Continental
Drift theory).
Gambar 3. Teori Pengapungan Benua
Tahun 1915
Alfred Wegener dalam bukunya The Origin of Continent’s and
Ocean’s mengemukakan teorinya yang terkenal sebagai teori
pergeseran benua (Continental Drift Theory) dan diterima di
kalangan ahli geologi sampai tahun 1960-an. Menurut Wegener semula benua-benua
yang ada sekarang bergabung jadi satu yang diberi nama Benua Pangaa (Pangeae).
Permulaan Mesozoikum benua Pangeae ini bergerak secara perlahan-lahan kearah
ekuator dan ke arah barat melintasi lautan sehingga terpecah-pecah dan
menempati posisi seperti yang sekarang. Pergeseran ke arah ekuator didorong
oleh gaya sentrifugal akibat rotasi bumi, sedang pergeseran ke arah barat
seperti pergeseran pasang yang dipengaruhi oleh gaya tarik bulan dan rotasi.
Teorinya diperkuat dengan bentuk benua-benua, misalnya antara Amerika Selatan
dengan Afrika yang bila disambung nampaknya persis bersambung.
4)
Teori
Konveksi
Gambar 4. Teori Konveksi
Teori
Konveksi yang dikemukakan oleh Arthur Holmes dan Harry
H. Hess dan dikembangkan lebih lanjut oleh Robert Diesz,
dikemukakan bahwa di dalam bumi yang masih dalam keadaan panas dan berpijar
terjadi arus konveksi ke arah lapisan kulit bumi yang berada di atasnya. Ketika
arus konveksi yang membawa materi berupa lava sampai ke permukaan bumi di mid
oceanic ridge (punggung tengah samudra), lava tersebut akan membeku membentuk
lapisan kulit bumi yang baru sehingga menggeser dan menggantikan kulit bumi
yang lebih tua.
5) Teori
Pergeseran Dasar Laut
Gambar 5.
Teori Pergeseran Dasar Laut
Robert Diesz, seorang Ahli Geologi dasar
laut Amerika Serikat mengembangkan teori konveksi yang dikemukakan Hess.
Penelitian topografi dasar laut yang dilakukannya menemukan bukti-bukti baru
tentang terjadinya pergeseran dasar laut dari arah punggung dasar laut ke kedua
sisinya. Penyelidikan umur sedimen dasar laut Tien dukung teori tersebut, yaitu
makin jauh dari punggung dasar laut umurnya makin tua. Hal itu rerarti ada
gerakan yang arahnya dari punggung dasar laut. Beberapa contoh punggung dasar
laut adalah cost Pacific Rise, Mid Atlantic Ridge, Atlantic Indian
Ridge, dan Pacific Atlantic Ridge.
6)
Teori
Lempeng Tektonik
Gambar
6. Teori Lempeng Tektonik
Teori lempeng tektonik dikemukakan oleh ahli geofisika
Inggris, Mc Kenzie dan Robert Parker (1967).
Berdasarkan Teori Lempeng Tektonik, kulit bumi terdiri atas beberapa lempeng
tektonik yang berada di atas lapisan astenosfer. Lempeng- lempeng tektonik
pembentuk kulit bumi selalu bergerak karena adanya pengaruh arus konveksi yang
terjadi pada lapisan astenosfer dengan posisi berada di bawah lempeng tektonik
kulit bumi.
Berdasarkan arah gerak lempeng pada batas interaksi
lempeng, dikenal ada 3 tipe batas
lempeng:
a)
Konvergen, yaitu batas
dua lempeng yang saling mendekati/bertabrakan;
b)
Divergen, yaitu batas
dua lempeng yang saling menjauhi;
c)
Shear atau Transform, yaitu
batas dua lempeng yang saling berpapasan.
Landform dan 9 grup Landform di Marsoedi et al.
Berdasarkan Marsoedi et al., (1997), landform/bentuk lahan
diklasifikasikan kedalam 9 grup atau kelompok utama yang selanjutnya dibagi lebih
lanjut sesuai dengan sifat masing-masing. Sistem klasifikasi ini mendasarkan pada
proses geomorfik dalam penentuan kelompok, pada kategori lebih rendah selanjutnya
menggunakan relief, lereng, litologi (bahan induk) dan tingkat torehannya.
Pembagian kelompok utama tersebut adalah sebagai berikut:
1)
Grup Alluvial - Alluvial Landform (A)
Landform muda (risen atau sub risen) yang terbentuk dari
proses fluvial (aktivitas sungai) ataupun gabungan dari proses alluvial dan koluvial.
Gambar 1. Grup
Alluvial
2)
Grup Marin - Marine Landform (M)
Landform yang terbentuk oleh atau dipengaruhi oleh
proses yang bersifat konstruktif (pengendapan) maupun destruktif (abrasi),
daerah yang terpengaruh air asin ataupun daerah pasang surut tergolong dalam
landform marin.
Gambar 2. Grup Marin
3)
Grup Fluvio Marin - Fluvio Marin Landform (I)
Landform yang terbentuk oleh gabungan proses fluvial
dan marin. Keberadaan landform ini dapat terbentuk pada lingkungan laut (berupa
delta) ataupun di muara sungai yang terpengaruh langsung oleh aktivitas laut.
Gambar 3. Grup
Fluvio Marin
4)
Grup Gambut - Peat Landform (G)
Landform yang terbentuk di daerah rawa (baik rawa pedalaman
maupun di daerah dataran pantai) dengan akumulasi bahan organik yang cukup tebal.
Landform ini dapat berupa kubah (dome) maupun bukan kubah.
Gambar 4. Grup
Gambut
5)
Grup Eolian – Eolian Landform (E)
Landform yang terbentuk oleh proses pengendapan bahan halus
(pasir, debu) yang terbawa angin.
Gambar 5. Grup
Eolian
6)
Grup Karst – Karst / Kaustic Landform (K)
Landform yang didominasi oleh bahan batu gamping, pada
umumnya keadaan morfologi daerah ini tidak teratur. Landform ini dicirikan oleh
adanya proses pelarutan bahan batuan penyusun yaitu dengan terjadinya sungai di
bawah tanah, gua-gua dengan stalagtit, stalgmit, dll.
Gambar 6. Grup Karst
7)
Grup Volkanik – Volcanic Landform (V)
Landform yang terbentuk karena aktivitas volkan/gunung
berapi (resen atau subresen). Landform ini dicirikan dengan adanya bentukan kerucut
volkan, aliran lahar, lava ataupun dataran yang merupakan akumulasi bahan volkan.
Landform dari bahan volkan yang mengalami proses patahan – lipatan (sebagai
proses sekunder) tidak dimasukkan dalam landform volkanik.
Gambar 7. Grup
Volkanik
8)
Grup Tektonik dan Struktural – Tectonic and Struktural
Landform (T)
Landform yang terbentuk sebagai akibat dari proses
tektonik (orogenesis dan epirogenesis) berupa proses angkatan, lipatan, dan atau
patahan. Umumnya landform ini mempunyai bentukan yang ditentukan oleh
proses-proses tersebut dan karena sifat litologinya (structural).
Gambar 8. Grup Tektonik
dan Struktural
9)
Grup Aneka – Miscellaneous (X)
Bentukan alam atau hasil kegiatan manusia yang tidak termasuk
grup yang telah diuraikan di atas, misalnya: lahan rusak dan bangunan-bangunan buatan
manusia.
Gambar 9. Grup Aneka
Daftar Pustaka
Andrean. 2012. Teori Pergerakan Lempeng. (Online) http://zonegeologi.blogspot.com/2012/03/teori-pergerakan-lempeng.html
diakses 02 Oktober 2014
Buranda, JP. Tanpa tahun. Geologi umu. Malang:
Universitas Negeri Malang Pres
Geopustaka.
2012. Modul Sejarah Pembentukan Bumi. From:
https://geopustaka.files.wordpress.com/2012/11/modul-2-2-1-sejarah-pembentukan-bumi.pdf.
11 Februari 2018 (20:45).
Gombez,
Z. D. 2012. Makalah Teori Terbentuknya Alam Semesta. From:
https://id.scribd.com/doc/98850033/Makalah-Teori-Terbentuknya-Alam-Semesta#scribd.
11 Februari 2018 (20:48).
http://cdn.zmescience.com/wp-content/uploads/2013/09/laurasia-gondwana.jp
Marsoedi,
D. S., Widagdo, J, Dani, N. Suharta, SWP Darul, S. Hardjowigeno, J, Hof, dan E.
R. Jordens. 1997. Pedoman Klasifikasi Landfrom. Versi 3.0. LREP II, Part C.
Center for Soil and Agroclimate Research, Bogor.
Komentar
Posting Komentar