LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM KOPI
LAPORAN
AKHIR PRAKTIKUM
TEKNOLOGI
PRODUKSI TANAMAN
PENANAMAN
DAN PERAWATAN TANAMAN KOPI (Coffea
sp.)
Disusun
Oleh:
Kelas:
AB
Program
Studi: Agroekoteknologi
Kelompok:
Kopi
Asisten
Kelas: Anggi Saraswati
Asisten
Lapang: Akbar Saitama SP. MP.
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
MALANG
2017
Kelas AB
1.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kopi (Coffea sp.) merupakan salah satu komoditas unggulan dalam sektor
perkebunan Indonesia.Kopi secara umum dibagi menjadi dua jenis yang
dihasilkan di Indonesia, yaitu kopi robusta dan kopi arabika. Kopi jenis arabika dapat tumbuh dengan baik didaerah yang
memiliki ketinggian diatas 1.000 – 2.100 meter
di atas permukaan laut, sedangkan
kopi robusta dapat tumbuh di ketinggian yang lebih rendah daripada ketinggian
penanaman kopi arabika, yaitu pada ketinggian 400-800m di atas permukaan laut.
Kopi di Indonesia memiliki luas areal perkebunan yang mencapai 1,2 juta hektar.
Dari luas areal tersebut, 96% merupakan lahan perkebunan kopi rakyat dan
sisanya 4% milik perkebunan swasta dan Pemerintah. Asosiasi Eksportir dan
Industri Kopi Indonesia (AEKI, 2015).
Total produksi kopi di Indonesia mulai dari tahun 2011 sebesar
638.646 ton yang kedua terbesar ada pada tahun 2012, yaitu sebesar 691.163 ton
lalu setelah tahun 2012 tingkat produksi kopi mengalami penurunan. Penurunan
produksi tersebut didasarkan oleh faktor cuaca dimana sering terjadi hujan.
Namun pada tahun 2015 Indonesia kembali
mampu meningkatkan produktivitas kopinya dengan
total produksi yang mencapai
739.005 ton, jauh lebih besar daripada
total produksi kopi tahun 2012 (Kementerian Pertanian, 2015).Selain itu
faktor penurunan produksi dapat terjadi karena adanya pembaharuan pohon kopi, penggunaan
pupuk yang berlebihan pada tahun sebelumnya, kemarau panjang, atau kesalahan
pada pemotongan cabang kopi, sedangkan penurunan luas lahan dapat terjadi karena
adanya alih fungsi lahan (Indreswari, 2015).
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum Teknologi Produksi Tanaman pada
komoditas kopi adalah untuk mengetahui teknik budidaya kopi dimulai dari
penanaman hingga perawatan serta hubungan faktor lingkungan dengan pertumbuhan
tanaman kopi tersebut.
2.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah dan Perkembangan Kopi di Indonesia
Sejarah kopi di Indonesia dimulai pada tahun 1696 ketika
Belanda membawa kopi dari Malabar, India, ke Jawa. Mereka membudidayakan
tanaman kopi tersebut di Kedawung, sebuah perkebunan yang terletak dekat
Batavia. Namun, upaya ini gagal kerena tanaman tersebut rusak oleh gempa bumi
dan banjir. Upaya kedua dilakukan pada tahun 1699 dengan mendatangkan stek
pohon kopi dari Malabar. Pada tahun 1706 sampel kopi yang dihasilkan dari
tanaman di Jawa dikirim ke negeri Belanda untuk diteliti di Kebun Raya
Amsterdam. Hasilnya sukses besar, kopi yang dihasilkan memiliki kualitas yang
sangat baik. Selanjutnya, tanaman kopi ini dijadikan bibit bagi seluruh
perkebunan yang dikembangkan di Indonesia. Belanda pun memperluas areal
budidaya kopi ke Sumatera, Sulawesi, Bali, Timor dan pulau-pulau lainnya di
Indonesia. Pada tahun 1878, hampir seluruh perkebunan kopi yang ada di
Indonesia terutama di dataran rendah rusak terserang penyakit karat daun
atau Hemileia vastatrix (HV).
Pada saat itu semua tanaman kopi yang ada di Indonesia merupakan jenis arabika
(Coffea arabica). Untuk
menanggulanginya, Belanda mendatangkan spesies kopi liberika (Coffea liberica) yang diperkirakan
lebih tahan terhadap penyakit karat daun. Sampai beberapa tahun lamanya, kopi
liberika menggantikan kopi arabika di perkebunan dataran rendah. Di pasar Eropa
kopi liberika saat itu dihargai sama dengan arabika. Namun, tanaman kopi
liberika juga mengalami hal yang sama, rusak terserang karat daun. Kemudian
pada tahun 1907, Belanda mendatangkan spesies lain yakni kopi robusta (Coffea canephora). Usaha kali ini
berhasil, hingga saat ini perkebunan-perkebunan kopi robusta yang ada di
dataran rendah bisa bertahan. Pasca kemerdekaan Indonesia tahun 1945, seluruh
perkebunan kopi Belanda yang ada di Indonesia di nasionalisasi dan sejak itu
Belanda tidak lagi menjadi pemasok kopi dunia (Nasution, 2006).
2.2 Tanaman Kopi
1.
Klasifikasi
Tanaman Kopi
Kopi merupakan tanaman tropis yang
dapat tumbuh dengan baik hampir di semua tempat, kecuali pada tempat yang
terlalu tinggi dengan suhu yang sangat dingin. Indonesia yang merupakan salah
satu negara dengan iklim tropis menyediakan tempat tumbuh yang baik bagi kopi.
Kopi merupakan salah satu hasil komoditi perkebunan yang memiliki nilai
ekonomis yang cukup tinggi diantara tanaman perkebunan lainnya, termasuk
tanaman tahunan yang bisa mencapai umur produktif selama 20 tahun. Kopi
merupakan salah satu komoditas ekspor penting dari Indonesia yang berperan
penting sebagai sumber devisa negara. Tanaman kopi sendiri berasal dari Afrika,
yaitu daerah pegunungan di Etopia. Tanaman kopi termasuk dalam famili Rubiaceae
yang memiliki banyak jenis, namun jenis kopi yang dikenal secara umum antara
lain Coffea arabica, Coffea robusta,
dan Coffea liberica. Menurut Andrifah
(2012), Coffea sp. atau tanaman kopi
ini tergolong kedalam kingdom (Plantae), Divisi (Magnoliophyta), Kelas
(Magnoliopsida), Ordo (Gentianales), Famili (Rubiaceae),dan Genus (Coffea
canephora).
2. Morfologi Tanaman Kopi
Tanaman kopi merupakan tanaman
tahunan yang memiliki bagian-bagian pada tanamannya seperti daun, batang, akar,
bunga, dan buah.
a) Daun
|
Daun kopi berbentuk bulat, ujungnya agak meruncing sampai bulat dengan bagian pinggir yang bergelombang. Daun tumbuh pada batang, cabang dan ranting. Menurut Panggabean (2011), daun tanaman kopi hampir memiliki karakteristik yang sama dengan daun pada tanaman kakao yang lebar dan tipis, sehingga dalam budidayanya memerlukan tanaman naungan. Sedangkanmenurut Najiyati (2001), daun kopi memiliki bentuk bulat telur dengan ujung agak meruncing. Daun tumbuh berhadapan pada batang, cabang, dan rantingnya-rantingnya.
b) Batang
Kopi merupakan tumbuhan berkayu, memiliki batang yang tumbuh tegak ke atas, dan berwarna putih keabu-abuan. Pada batang, terdapat dua macam tunas yaitu tunas seri (tunas reproduksi) yang selalu tumbuh searah dengan tempat tumbuh asalnya dan tunas legitim yang hanya dapat tumbuh sekali dengan arah tumbuh yang membentuk sudut nyata dengan tempat aslinya (Arief, 2011).
|
c) Akar
Tanaman kopi merupakan tanaman semak belukar berkeping dua (dikotil), sehingga memiliki perakaran tunggang. Perakaran ini hanya dimiliki jika tanaman kopi berasal dari bibit semai atau bibit sambung (okulasi) yang batang bawahnya berasal dari bibit semai (Anshori, 2014). Sistem perakaran pada kopi yaitu sistem perakaran tunggang yang tidak mudah rebah. Perakaran tanaman kopi relatif dangkal, lebih dari 90% dari berat akar terdapat pada lapisan tanah 0-30 cm (Najiyati, 2012).
|
d) Bunga
Pada umumnya, tanaman kopi berbunga setelah berumur
sekitar dua tahun. Bunga kopi berukuran kecil, mahkota berwarna putih dan
berbau harum. Kelopak bunga berwarna hijau, bunga tersusun dalam kelompok,
masing-masing terdiri dari 4-6 kuntum bunga. Tanaman kopi yang sudah cukup
dewasa dan dipelihara dengan baik dapat menghasilkan ribuan bunga. Bila bunga
sudah dewasa, kelopak dan mahkota akan membuka, kemudian segera terjadi
penyerbukan. Setelah itu bunga akan berkembang menjadi buah. Waktu yang
diperlukan sejak terbentuknya bunga hingga buah menjadi matang ± 8-11 bulan,
tergantung dari jenis dan faktor lingkungannya (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009).
|
e) Buah
Buah kopi mentah berwarna hijau dan ketika matang akan berubah menjadi warna merah. Buah kopi terdiri atas daging buah dan biji. Daging buah terdiri atas tiga bagian yaitu lapisan kulit luar (eksokarp), lapisan daging buah (mesokarp), dan lapisan kulit tanduk (endokarp). Kulit tanduk buah kopi memiliki tekstur agak keras dan membungkus sepanjang biji kopi. Daging buah ketika matang mengandung lender dan senyawa gula yang rasanya manis (Panggabean, 2011).
|
b..
|
a..
|
Buah kopi umumnya mengandung dua butir biji tetapi ada
juga buah yang tidak menghasilkan biji atau hanya menghasilkan satu butir biji.
Biji kopi terdiri atas kulit biji dan lembaga. Secara morfologi, biji kopi berbentuk
bulat telur, bertekstur keras, dan berwarna putih kotor (Najiyati, 2012).
3. Syarat Tumbuh Tanaman Kopi
Kopi adalah suatu jenis tanaman yang terdapat di daerah
tropis dan subtropis yang dapat hidup di dataran rendah dan dataran tinggi.
Kondisi lingkungan tumbuh tanaman kopi yang berpengaruh terhadap produktivitas
tanaman kopi adalah tinggi tempat dan curah hujan. Menurut Ryan (2016),
faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kopi antara lain, ketinggian
tempat, curah hujan, kondisi tanah, intensitas cahaya, dan angin agar
pertumbuhan tanaman kopi bisa optimal. Secara garis besar, di Indonesia
terdapat dua jenis kopi yang keduanya tumbuh dan berkembang secara optimal pada
dua kondisi iklim yang berbeda. Kedua jenis kopi tersebut yaitu kopi arabika untuk
dataran tinggi dan kopi robusta untuk dataran menengah sampai rendah.
Kopi arabika merupakan jenis tanaman kopi yang dapat
tumbuh optimal di dataran tinggi. Kopi arabika tumbuh baik dengan citarasa yang
bermutu pada ketinggian di atas 1000 meter dari permukaan laut. Menurut
Rahardjo (2012), kopi arabika adalah jenis tanaman dataran tinggi antara
1250-1850 meter dari permukaan laut dengan suhu sekitar 17-21 ˚C. Kopi jenis
lain yang berkembang di Indonesia dalah kopi robusta. Kopi robusta merupakan
jenis tanaman kopi yang dapat tumbuh di daerah dataran menengah sampai rendah.
Kopi robusta dapat tumbuh optimal pada ketinggian dibawah 1000 meter dari
permukaan laut. Menurut Ryan (2016), tanaman kopi robusta tumbuh di dataran
dengan ketinggian 400-700 meter di atas permukaan laut. Tanaman kopi robusta
menghendaki curah hujan 2000-3000 mm per tahun.
4. Jenis-jenis Tanaman Kopi
Secara umum, di Indonesia
terdapat tiga jenis tanaman kopi, yaitu kopi arabika, kopi robusta dan kopi
liberika.
a) Kopi Arabika
Kopi arabika merupakan kopi dengan cita rasa paling baik.
Tanaman ini memiliki daun dengan warna hijau tua dan berombak-ombak. Kopi
Arabika tidak tahan terhadap hama dan penyakit, serta jenis tanaman kopi ini
banyak terdapat di daerah Amerika Latin, Afrika Tengah dan Timur, India serta
beberapa terdapat di Indonesia. Jenis-jenis kopi yang termasuk dalam golongan
arabika adalah abesinia, pasumah, marago dan congensis (Ningtyas, 2014).
b) Kopi Robusta
Kopi robusta merupakan kopi dengan cita rasa lebih rendah
dibandingkan dengan cita rasa kopi arabika. Hampir seluruh produksi Kopi Robusta
di seluruh dunia dihasilkan secara kering dan mengandung rasa-rasa asam dari
hasil fermentasi. Kopi Robusta memiliki kelebihan yaitu kekentalan yang lebih
dan warna yang kuat. Oleh karena itu, Kopi Robusta banyak diperlukan untuk
bahan campuran blends untuk merek-merek tertentu. Jenis-jenis kopi
robusta adalah quillou, uganda dan canephora (Ningtyas, 2014).
c) Kopi Liberika
Kopi Liberika merupakan jenis tanaman kopi yang dapat
tumbuh di iklim panas maupun basah. Jenis tanaman ini tidak menuntut tanah yang
subur dan pemeliharaan yang istimewa (Rahardjo, 2012). Kopi Liberika termasuk
kopi yang dibudidayakan dalam skala kecil. Hal ini tidak terlepas dari peran
pasar internasional yang kurang begitu berminat dengan kopi liberika. Kopi
Liberika terkenal atas resistensinya terhadap penyakit Hemiliea (Ningtyas, 2014).
2.3 Budidaya Tanaman Kopi
1.
Persiapan
Lahan
Kondisi lahan menjadi salah satu faktor utama yang
berpengaruh dalam budidaya tanaman tak terkecuali untuk budidaya kopi, maka
penting untuk terlebih dahulu dalam mempersiapkan lahan yang nantinya digunakan
sebagai kegiatan budidaya tanaman kopi. Persiapan lahan dilakukan dengan
pembersihan lahan dari rumput serta tumbuhan liar. Rumput maupun tumbuhan liar
sebaiknya dibabat dan hasil pembabatan tidak dibakar melainkan ditumpuk dalam
satu barisan sesuai dengan barisan tanaman kopi, hal tersebut dilakukan
bertujuan agar memberikan stok humus pada tanah.
2.
Pembuatan
Lubang Tanam
Dalam pembuatan lubang tanam digunakan ukuran panjang,
lebar serta kedalaman sekitar 30 cm x 30 cm x 30 cm agar memberikan pertumbuhan
yang baik bagi perakaran tanaman kopi. Jarak yang digunakan antar tanaman kopi
adalah 2 hingga 3 meter. Untuk kondisi lahan yang terjal atau memiliki kondisi
lahan dengan derajat kemiringan diatas 100 sebaiknya dibuat teras serta
digunakan tanaman naungan atau pelindung untuk mencegah terjadinya longsor yang
dapat mengakibatkan kerusakan pada tanaman kopi.Agar lebih optimal, setelah
lubang tanam telah dibuat sebaiknya lubang tanam tersebut dibiarkan beberapa hari
dan kemudian diberikan pupuk kompos, hal tersebut bertujuan agar meminimalisir
adanya penyakit serta unsur berbahaya yang ada pada tanah.
3.
Cara
Penanaman
Penanaman tanaman kopi, dapat dilakukan dengan mengaduk
kompos dengan tanah dalam lubang kemudian membuat lubang seukuran polybag dan
masukkan bibit kopi yang akan ditanam secara hati-hati agar tanah yang berasal
dari polybag tidak pecah ataupun hancur dan pastikan agar leher akar tidak
tertanam karena mampu menghambat pertumbuhan tanaman kopi. Agar pertumbuhan
kopi dapat optimal maka sebaiknya penanaman dilakukan pada awal musim hujan
serta dilakukan penambahan kompos 0,5 kg per pohon setelah tiga bulan
penanaman.
4.
Pemangkasan
a) Pemangkasan Bentuk
Dilakukannya pemangkasan bentuk agar membentuk kerangka
pohon yang diinginkan, dimana percabangan yang ditinggalkan letaknya lebih
teratur, memiliki arah yang menyebar dan juga produktif sehingga pertumbuhan
cabang dapat lebih kuat. Pemangkasan bentuk pada tanaman kopi dapat dilakukan
dua kali yakni pada usia tanaman 8-12 bulan dan pada tanaman berusia 1-2 tahun.
b) Pemangkasan Pemeliharaan
Pada pemangkasan pemeliharaan dapat dilakukan pada
tanaman kopi yang telah berusia 2-3 tahun dimana cabang yang harus dipangkas
adalah percabangan dibawah 40 cm supaya mampu mengurangi kelembaban di sekitar
tanaman, tanaman yang memiliki ketinggian lebih dari dua meter, tunas air agar
tidak menggangu pertumbuhan tanaman, tunas baru (wiwilan).
c) Pemangkasan Produksi
Pemangkasan produksi dilakukan pada tanaman kopi yang
berada dalam keadaan sudah siap berproduksi tinggi yakni dengan usia tanaman
diatas 3 tahun.
5.
Pemupukan
Pemberian pupuk sangat penting untuk pertumbuhan tanaman
kopi karena mampu menambah nutrisi bagi tanaman yang bertujuan untuk
peningkatan hasil produksi, meningkatkan kemampuan tanaman untuk tahan terhadap
serangan hama serta penyakit, memperbaiki kondisi tanah serta menambah
kesuburan tanaman.
Pemupukan dalam budidaya tanaman kopi dapat menggunakan
pupuk organik maupun anorganik, keduanya memiliki tujuan yang sama yakni
memenuhi kebutuhan unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Waktu yang tepat untuk dilakuannya
pemupukan adalah pada awal musim hujan dan pada akhir musim hujan agar pupuk
mudah diserap oleh akar tanaman dan dilakukan setelah selesainya kegiatan
pemangkasan serta dibersihkan dari rumput dan tumbuhan liar. Dalam pemberian
pupuk organik dapat menggunakan pupuk kompos, pupuk kandang maupun pupuk
organik cair (POC).
3.
BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan Praktikum
Teknologi Produksi Pertanian komoditas kopi meliputi penanaman dan perawatan
yang dilakukan di
lahan percobaan UB Forest Dusun Sumbersari, Desa Tawang Argo dan Dusun
Sumberwangi, Desa Donowarih, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang. Penanaman
dan perawatan
dilakukan pada tanggal 5 November 2017.Dusun Sumberwangi berada di ketinggian 1000-1200
mdpl dengan suhu sekitar 20-210C.
Dusun Sumbersari berada di ketinggian 1100-1300mdpl dengan suhu
sekitar 21-23oCdan
curah hujan rata-rata mencapai 1500-2000 mm.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam kegiatan fieldtrip ini
dibedakan berdasarkan jenis kegiatannya. Pada kegiatan tanam, alat yang
digunakan yaitu roll meter, tali,
ajir (bambu setinggi 1 m), dan cangkul. Kegiatan pemupukan anorganik digunakan
alat yaitu cangkul, timba, dan timbangan. Pada
kegiatan pemangkasan digunakan gunting pangkas dan sabit. Adapun bahan-bahan
yang dibutuhkan dalam kegiatan tanam yaitu bibit tanaman kopi dan pupuk kandang.
Pada kegiatan pemupukan dibutuhkan pupuk Urea, SP36 dan KCl, dan pada kegiatan
pemangkasan dibutuhkan tanaman kopi menghasilkan (TM).
3.3 Metode
Pada kegiatan filedtrip komoditas kopi terdapat beberapa
metode yang dilakukan. Adapun metode-metode tersebut adalah tanam, pemupukan
pupuk anorganik dan pemangkasan.
3.3.1 Tanam
3.3.2 Pemangkasan
Kegiatan pemangkasan dilakukan agar tanaman kopi dapat
tumbuh dengan baik dan produktif. Pemangkasan yang dilakukan yaitu pemangkasan pemeliharan. Kemudian
kopi TM yang telah dipilih dipangkas pada bagian cabang tidak produktif
menggunakan sabit atau gunting pangkas. Cabang tidak produktif meliputi tunas
air/wiwilan, tunas balik dan tunas cabang kering terserang hama/penyakit.
3.3.3 Pemupukan Anorganik
Pemupukan pada tanaman kopi
diberikan pada saat pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman kopi yang
sudah menghasilkan umur diatas 4 tahun (TM). Pemupukan di lakukan dengan
memilih tanaman yang akan dipupukterlebih dahulu, kemudian menetapkan kriteria
dan umur tanaman kopi tersebut. Pupuk yang akan digunakan ditimbang terlebih
dahulu yaitu
dengan dosis pupuk: 90 kg NHa-1 dan 72 kg P2O5Ha-1 dengan
hasil penimbangan disesuaikan dengan lahan yang tersedia. Sebelum
mengaplikasikan pupuk, daerah piringan pada tanaman kopi dibersihkan terlebih
dahulu dari gulma yang ada baru setelah itu dibuat alur menggunakan cangkul di sekeliling
piringan atau keliling kanopi kemudian pupuk ditaburkan sesuai takaran lalu
tutup dengan tanah.
4.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Identifikasi
Umum
Tanaman kopi merupakan golongan tanaman C3 yang tidak
membutuhkan penyinaran secara penuh. Menurut Sanger
(1998) dalam Anita (2016) menyatakan bahwa tanaman C3 membutuhkan intensitas
cahaya tidak penuh supaya tanaman dapat tumbuh dengan optimal. Fotosintesis
dapat berjalan dengan baik yaitu apabila cahaya matahari yang diterima tidak
lebih dari 60% (Prawoto, 2007). Oleh karenanya agar tanaman kopi dapat tumbuh
optimal dibutuhkan tanaman naungan untuk mengurangi intensitas cahaya langsung
ke tanaman. Berdasarkan hasil praktikum lapang yang telah dilakukan, tanaman
kopi yang di tanam di Dusun Sumbersari dan di Dusun Sumberwangi ditanam secara
polikurtur dengan pohon pinus sebagai
tanaman naungan. Pohon pinus selain mampu mengurangi intensitas cahaya langsung
ke tanaman juga mampu melindungi tanah dari erosi dan mampu menjaga kondisi air
dalam tanah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Guimaraes(2014) dalam Supriadi
(2015) bahwa kadar air tanah pada sistem agroforestri tanaman kopi dengan
tanaman naungan lebih tinggi dibandingkan tanaman kopi yang ditanam secara
monokultur (tanpa naungan). Menurut Supriadi
(2015) juga menyatakan bahwa penanaman kopi dengan tanaman berkayu lainnya
dapat mengurangi laju aliran permukaan dan erosi tanah. Hal ini disebabkan sistem
perakaran tanaman berkayu yang kuat membantu dalam menahan tanah. Dengan
kondisi tersebut tanah-tanah tersebut tidak akan mudah mengalami erosi.
Curah hujan juga termasuk salah satu faktor penting dalam
penanaman kopi selain kesesuaian ketinggian tempat. Berdasarkan data hasil praktikum
lapang diketahui curah hujan rata-rata di Dusun Sumbersari mencapai 1500-2000
mm. Jumlah curah hujan di kedua tempat tersebut sudah mencukupi kebutuhan curah
hujan untuk mengoptimalkan pertumbuhan kopi. Pernyataan tersebut sesuai dengan
pernyataan Kandari (2013) bahwa tanaman kopi arabika tumbuh dengan optimal
dengan curah hujan antara 1300-2000 mm.
4.2 Penanaman Tanaman Kopi
Pada Penanaman bibit kopi, kegiatan yang dilakukan adalah
persiapan bahan tanam, pembuatan lubang tanam, pencampuran pupuk kandang, dan
penanaman bibit.Penanaman bibit kopi dilakukan pada 2 lokasi yaitu pada UB Forest dan Dsn. Sumberwangi. Pada
persiapan bahan tanam, hal pertama yang dilakukan adalah memilih bibit kopi
yang sehat. Hal ini karena pemilihan bibit dapat menentukan hasil tingkat
produksi tanaman. Bibit yang digunakan pada lahan di Dusun Sumbersari adalah
jenis kopi arabika. Bibit kopi yang dipakai merupakan bibit yang masih kedalam
fase vegetative. Menurut Edi (2014) bahwa pada fase vegetatif, karakter tinggi
tanaman kopi dan diameter batang kopi dapat digunakan sebagai kriteria seleksi
untuk produksi tinggi. Hal tersebut dijelaskan oleh Alnopri (2011) bahwa
kriteria seleksi genotipe tanaman kopi berdaya hasil tinggi dapat ditempuh
melalui pendekatan morfologi tanaman kopi yang digunakan sebagai kriteria
seleksi adalah sifat batang, sifat percabangan dan sifat buah.
Pada bibit yang digunakan pada Dusun Sumberwangi menggunakan
pembibitan melalui teknik vegetatif stek yang memiliki banyak keuntungan dalam peningkatan
produksi, diantaranya sifatnya akan sama dengan induknya, usia siap tanam pendek dan hasilnya
akan lebih seragam.
Hal ini diperkuat dengan data dari balai penelitian dan pengembangan pertanianyang
menyatakan bahwa perbanyakan tanaman secara vegetatif stek menghasilkan tanaman
dengan sifat yang sama dengan induknya, mutu yang dihasilkan seragam dan usia
tanam yang pendek (9 – 12 bulan).
Setelah memilih bibit hal yang dilakukan selanjutnya yaitu
mengukur jarak tanam, jarak tanam yang digunakan pada penanaman kopi Arabika
yaitu 2,5 x 2,5 m. Hal ini sesuai dengan menurut Prastowo (2010) bahwa pada
kemiringan tanah landai (0-15%) menggunakan jarak tanam 2,5 x 2,5 m. Jarak
tanam dibedakan menurut ketinggian lahan. Semakin tinggi lahan semakin jarang
dan semakin rendah semakin banyak.Selanjutnya membersihkan seresah sebelum
pembuatan lubang tanam, hal ini digunakan agar mempermudah saat pembuatan
lubang tanam. Sehingga bagian sub soil dan top soil yang diletakkan pada
sebelah kiri dan kanan lubang tanam tidak tercampur oleh seresah. Akan tetapi,
seresah yang terlalu banyak juga akan berpengaruh pada tanaman. Menurut Anita
(2014) yang mengatakan bahwa penambahan seresah asal hutan lebih lambat terdekomposisi
dan termineralisasi. Sehingga seresah hutan tidak malah membuat tanaman
pertumbuhannya lancar malah menjadi membuat tanaman pertumbuhannya terganggu.
Langkah terakhir adalah peletakan bahan tanam berupa bibit kopi
dilakukan dengan cara memasukkan tanah bagian atas (top soil) kedalam lubangmeletakkan bibit kopi kedalam lubang diatas
tanah yang telah dicampurkan dengan pupuk kandang dan kemudian menutupnya
dengan tanah di bagian bawah (sub soil).
Tujuan peletakkan tanah dibalik adalah untuk menekan gulma yang tumbuh di
sekitar lubang tanam tanaman kopi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Umiyati dan Kurniadi (2016) bahwa pembalikan tanah merupakan
salah satu sistem olah tanah sempurna dimana sistem olah tanah ini bertujuan
untuk memberikan peluang bagi biji gulma yang dorman untuk berkecambah yang
kemudian gulma yang tumbuh akibat sistem olah tanam sempurna ini dapat dengan
segera dikendalikan dengan cara pengendalian mekanis ataupun menggunakan cara
pengendalian kimia berupa aplikasi pestisida.
4.3
Perawatan
Tanaman Kopi
Perawatan yang dilakukan di Ub Forest pada tanaman kopi
yaitu berupa penyiangan, pemangkasan dan pemupukan. Tanaman kopi adalah tanaman
C3, yang mempunyai karakter mampu berfotosintesis maksimal pada intensitas
kurang dari 100 %. Oleh karena itu
tanaman kopi baik ditanam dibawah naungan,
misal tanaman pinus, lamtoro dan sengon.
Keberadaan tanaman naungan pada tingkat tertentu akan membantu
mengurangi intensitas radiasi matahari yang bermanfaat menurunkan
evapotranspirasi tanaman.
4.3.1 Penyiangan
4.3.2 Pemangkasan
Sampel
Tanaman Kopi ke-
|
Identifikasi
Tunas dan Cabang
|
|||
Tunas
Air
|
Tunas
Balik
|
Tunas
Cabang Kering Terserang Hama/ Penyakit
|
Pemangkasan
cabang yang sejajar
|
|
Rata-rata
|
5
|
2,67
|
25
|
3,16
|
Pada perawatan kopi dilakukan pemangkasan pemeliharaan yaitu dengan memangkas
cabang yang tidak produktif yang meliputi tunas air/wiwilan, tunas balik, tunas
cabang kering terserang penyakit dan cabang yang sejajar. Dari hasil pengamatan
6 sampel tanaman kopi diperoleh rata-rata tunas air/wiwilan adalah 5, rata-rata
tunas balik ada 2,67, rata-rata tunas cabang kering terserang hama/penyakit ada
2,5 dan rata-rata cabang yang sejajar ada 3,16.
4.3.3 Pemupukan
Pemupukan merupakan pemberian bahan yang dimaksudkan untuk menyediakan hara bagi tanaman.
Umumnya pupuk diberikan dalam bentuk padat atau cair melalui tanah dan diserap
oleh akar tanaman. Namun pupuk dapat juga diberikan lewat permukaan tanaman,
terutama daun. bertujuan untuk menyediakan nutrisi pada tanaman. Pada tanaman kopi, pupuk anorganik diberikan pada saat
pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman kopi yang sudah menghasilkan
umur diatas 4 tahun (TM).
Pentingnya pemupukan untuk Tanaman kopi adalah menjaga
daya tahan tanaman, meningkatkan produksi dan mutu hasil serta menjaga agar
hasil produksi stabil tinggi. Seperti pada tanaman lainnya pemberian pupuk
harus tepat waktu, dosis, dan jenis pupuk serta cara pemberiannya. Semuanya
tergantung pada Jenis Tanah, iklim dan umur Tanaman. Pemberian pupuk dapat
diletakkan secara melingkar disekitar akar Tanaman yang menyesuaikan dengan
Lebar Kanopi (Prastowo, 2010).
Jenis Pupuk
|
Presentase Unsur
|
Kebutuhan Pupuk (kg/hektar)
|
Kebutuhan Per Tanaman
(kg/tanaman)
|
SP36
|
36 %
|
200
|
0,125
|
UREA
|
46 %
|
200
|
0,125
|
4.4 Hubungan Faktor Lingkungan dengan Pertumbuhan Tanaman
Tanaman kopi arabika yang ditanam di lokasi Dusun
Sumbersari memiliki ketinggian
sekitar
1200 meter di atas permukaan laut (mdpl), sedangkan di
lokasi Dusun Sumberwangi memiliki ketinggian sekitar 1100 meter diatas
permukaan laut (mdpl). Hal tersebut telah sesuai dengan pernyataan Nadjiyati
(2004), yang
menyatakan bahwa untuk
penanaman kopi arabika cenderung menghendaki daerah dengan ketinggian antara
700-1700 m dpl. Ketinggian tempat yang sesuai untuk pertumbuhan kopi Arabika
berada pada sekitar 1.000 – 1.700 meter di atas permukaan laut (dpl). Jika
berada pada ketinggian < 1000 meter dpl, maka kopi Arabika akan mudah
terserang penyakit Hemileia vastatrix,
sedangkan jika berada pada > 1.700 meter dpl akan mengakibatkan produksi
kopi Arabika menjadi tidak optimal karena pertumbuhan vegetatif lebih besar
dari generatif (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
5.
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Praktikum Teknologi Poduksi Tanaman padakomoditas kopi
dilaksanakan pada dua lokasi, yaitu di DusunSumbe
rsari dan
DusunSumberwangi. Bibit yang di gunakan di Desa Sumbersari adalah jenis kopi arabika, sedangkan di Dusun sumberwangi menggunakan jenis kopi arabika dengan varietas Komasti C1. Jenis kopi
ini cocok di dualokasipenanam kopi tersebut. Kegiatan yang dilakukan di Dusun
Sumberwangi
adalah penanaman, sedang di Dusun Sumbersari adalahpenanaman dan perawatan.
DAFTAR
PUSTAKA
AEKI. 2015. Asosiasi Eksportir
dan Industri Kopi di Indonesia. http://aeki.aice.org. Diakses pada tanggal 30
Oktober 2017.
Alnopri, Prasetyo dan Bandi
Hermawan. 2011. Idiotipe Kopi Arabika Tanaman Belum Menghasilkan Pada
Lingkungan Dataran Rendah dan Menengah. Jurnal Agrovigor 4(2)ISSN 1997-5777.
Anggara, Anies., Marini dan
Sri. 2011. Kopi Si Hitam Menguntungkan: Budidaya dan Pemasaran. Yogyakarta:
Penerbit Cahaya Atma Pustaka.
Anita, Tabrani., Gunawan dan Idwar. 2016.
Pertumbuhan Bibit Kopi Arabika (Coffea
arabica L.) Di Medium Gambut Pada Berbagai Tingkat Naungan Dan Dosis Pupuk
Nitrogen. Jom Faperta 3(2): 1-9
Anshori, M. Fuad. 2014.
Analisis Keragaman Morfologi Koleksi Tanaman Kopi Arabika dan Robusta Balai
Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar Sukabumi. Fakultas Pertanian. Institut
Pertanian Bogor.
Arief, M dan Candra Wirawan.
2011. Panduan Sekolah Lapangan Budidaya Kopi Konservasi. Jakarta: Conservation
International Indonesia.
BALITRI. 2012. Intensitas
Cahaya pada Pembibitan Kopi. http://balitri.litbang.pertanian.go.id. Diakses
pada tanggal 05 November 2017.
Direktorat Jenderal Perkebunan.
2009. Volume dan nilai ekspor, impor Indonesia. http://Direktorat Jenderal
Perkebunan.deptan.go.id. Diakses pada tanggal 30 Oktober 2017.
Dossa, E. L., E. C. M. Fernandez, and W. S.
Reid. 2008. Above and belowground biomass, nutrient and carbon stocks
contrasting an open-grown and a shaded coffee plantation. Agroforestry Syst. 72
: 103- 115.
Edi, Wardiana dan Dibyo Pranowo.
2014. Seleksi Karakter Vegetatif dan Generatif Kopi Arabika melalui Penggunaan
Analisis Lintasan Bertahap dan Model Persamaan Struktural. Jurnal Littri.
20(2): 77 – 86.
Ekadinata, O. 2002. Peranan
Uji Citarasa dalam Pengendalian Mutu Kopi. Materi Pelatihan Uji Citarasa Kopi.
Jember: Pusat Penelitian Kopi dan Kakao.
Erwiyono, R., A. Wibawa.,
Pujiyanto dan J.B. Baon. 2006. Peranan perkebunan kopi terhadap kelestarian
lingkungan dan produksi kopi: Kasus di tanah Andosol. Hal. 155-162. Dalam
Wahyudi, T. et al. (Eds). Penguatan agribisnis kopi melalui peningkatan mutu,
diversifikasi produk dan perluasan pasar. Simposium Kopi 2006 di Surabaya, 2-3
Agustus 2006.
Herbal News Pedia. 2015.
Gambar Daun Tanaman Kopi. http://herbalnewspedia.blogspot.co.id/2015/11/khasiat-minuman-daun-kopi-kawa-daun.html. Diakses pada tanggal 30
Oktober 2017.
Kementerian Pertanian. 2015.
Basis Data Ekspor-Impor Komoditi Pertanian. http://www.pertanian.go.id. Diakses pada tanggal 30
Oktober 2017.
Najiyati dan Danarti. 2004. Kopi
Budidaya dan Penanganan Lepas Panen, Edisi Revisi. Jakarta: Penebar Swadaya.
Najiyati, S dan Danarti. 2001.
Kopi, Budidaya dan Penanganan Lepas Panen. Jakarta: Penebar Swadaya.
Najiyati, S dan Danarti. 2012.
Kopi, Budidaya dan Penanganan Lepas Panen. PT. Jakarta: Penebar Swadaya.
Nasution, H. S. P. 2006.
Prospek Tinggi Bertanam Kopi Pedoman Meningkatkan Kualitas Perkebunan Kopi.
Yogyakarta: Pustaka Baru.
Ningtyas,
I. Perkebunan Kopi Rakyat di Jawa Timur
1920-1942. J. Avatra, e-JournalPendidikan Sejarah. 2(1): 122-129.
Nuril, E. 2006. Pengolahan Produk
Primer dan Sekunder Kopi. Jember: Pusat Penelitian Kopi dan Kakao di Indonesia.
Oktapiyanti, Mia Rifa . 2016. Gambar Akar Tanaman
Kopi. http://pangapangapanga.blogspot.co.id/2016/10/klasifikasi-tanamankopi.html. Diakses pada tanggal 30
Oktober 2017.
Oktapiyanti, Mia Rifa . 2016. Gambar Batang Tanaman
Kopi. http://pangapangapanga.blogspot.co.id/2016/10/klasifikasi-tanamankopi.html. Diakses pada tanggal 30 Oktober 2017.
Oktapiyanti,
Mia Rifa .
2016. Gambar Bunga Tanaman Kopi. http://pangapangapanga.blogspot.co.id/2016/10/klasifikasi-tanamankopi.html. Diakses pada tanggal 30
Oktober 2017.
Panggabean, Edy. 2011. Buku
Pintar Kopi. Jakarta Selatan: PT. Agro
Media Pustaka. p. 124-132.
Pradana R. 2013. Pengelolaan
Kebun dan Upaya Pengendalian Hama Ulat Jengkal (Hyposidra talaca) dengaan Aplikasi Hyposidra talaca
nucleopolyhedrovirus pada Tanaman Teh di PT. Perkebunan Nusantara VIII Gunung
Mas Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman,
Institut Pertanian Bogor
Prastowo, Bambang, dkk. 2010.
Budidaya dan Pasca Panen Kopi. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan.p. 20-26.
Prawoto, A. 2007. Materi
Kuliah Fisiologi Tumbuhan.Puslit Koka Indonesia. Jember
Rahardjo, Pudji. 2012. Panduan
Budi Daya Pengelolaan Kopi Arabika dan Robusta. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sakdiah, S. N. 2006. Pengaruh
Tingkat Populasi Serangga Procecidochares connexa Dalam Mengendalikan Gulma
Kirinyuh (Chromolaena odorata). Skripsi tidak diterbitkan. Banda Aceh: Fakultas
Pertanian Unsyiah.
Sihombing, T. P., 2011, Studi
Kelayakan Pengembangan Usaha Pengolahan Kopi Arabika (Studi Kasus PT. Sumatera
Specialty Coffees). Skripsi: Institut Pertanian Bogor (internet)
<http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/ 123456789/51308 (Diakses
tanggal 5 Oktober 2017).
Sitopu, Melfa
Fitriani. 2014. Pengaruh Komposisi Subsoil dengan Pupuk Kandang Ayam serta
Kosentrasi Pupuk Organik Cair terhadap Pertumbuhan Bibit Kopi Robusta (Coffea Robusta L.) Asal Sidikalang.
Journal Agriculture Science vol.1 (4) ; 328-336
Staver, C., F. Guharay, D.
Monterroso, R. G. Mumschler, and J. Beer. 2001. Designing pest-suppressive
multistrata perennial crop systems: Shade-grown coffee in Central America.
Agroforestry Syst. 53: 151-170.
Supriadi, Handi dan Pranowo,
Dibyo. Prospek Pengembangan Agroforestri Berbasis Kopi Di Indonesia. Perspektif
14(2): 135-150
Suwandi. 2012.
Petunjuk Teknik Perbanyakan Tanaman Dengan Cara Sambungan. Yogyakarta: Balai
Besar Penelitian Bioteknologi Ban Pemuliaan Tanaman Hutan.
LAMPIRAN
No
|
Tanggal
|
Kegiatan
|
Deskripsi
|
Dokumentasi
|
1
|
5 November 2017
|
Penanaman di sumbersari
|
Penanaman kopi menggunakan jenis arabika, dengan jarak tanam 2,5
m x 2,5 m dan lubang tanam 40 x 40 x 40 cm
|
|
1
|
5 November 2017
|
Penanaman di sumberwangi
|
Penanaman kopi menggunakan jenis arabika varietas Komasti C1,
dengan jarak tanam 2,5 m x 2,5 m dan lubang tanam 40 x 40 x 40 cm
|
|
2
|
5 November 2017
|
Pemangkasan
|
Pemangkasan dilakukan pada cabang tanaman kopi TM yang tidak produktif.
|
|
3
|
5 November 2017
|
Pemupukan
|
Pemupukan dilakukan dengan membuat piringan di bawah tanaman
kopi. pupuk yang digunakan yaitu Urea dan SP36.
|
|
a) Populasi Tanaman
b) Kebutuhan pupuk
c) Kebutuhan pupuk per petak
d) Kebutuhan pupuk per tanaman
Sampel
Tanaman Kopi ke-
|
Identifikasi
Tunas dan Cabang
|
Jumlah
Tunas atau cabang
|
|||
Tunas
Air
|
Tunas
Balik
|
Tunas
Cabang Kering Terserang Hama/ Penyakit
|
Pemangkasan
cabang yang sejajar
|
||
1
|
1
|
0
|
1
|
12
|
14
|
2
|
0
|
0
|
2
|
2
|
4
|
3
|
0
|
0
|
2
|
3
|
5
|
4
|
4
|
7
|
3
|
0
|
7
|
5
|
13
|
3
|
7
|
2
|
25
|
6
|
12
|
6
|
0
|
0
|
18
|
Rata-rata
|
5
|
2
|
2
|
3
|
12
|
Sampel
Tanaman ke-
|
Tinggi
Tanaman (cm)
|
Lebar Kanopi
(cm)
|
1
|
165
|
126
|
2
|
101
|
133
|
3
|
141
|
61
|
4
|
142
|
290
|
5
|
118
|
320
|
6
|
141
|
280
|
Rata-rata
|
134.67
|
201.67
|
Nama Serangga
|
Peran
|
Dokumentasi
|
|
Nama Lokal
|
Nama Ilmiah
|
||
Ulat
Kilan
|
Hyposidra talaca
|
Hama
|
|
Nama Serangga
|
Peran
|
Dokumentasi
|
|
Nama Lokal
|
Nama Ilmiah
|
||
Uret
|
Lepidiota stigma
|
Hama
|
|
Kumbang daun
|
Aulacophora sp.
|
Hama
|
|
Nama Gulma
|
Dokumentasi
|
|
Nama Lokal
|
Nama Ilmiah
|
|
Kirinyuh
|
Cromolaena
odorata
|
|
Bandotan
|
Ageratum
conyzoides
|
|
|
|
|
Semoga jenis Kopi Arabika Indonesia bisa makin dikenal dan disukai penikmat kopi di seluruh dunia
BalasHapusSemoga bermanfaat kak
BalasHapus